Kamis, 02 September 2010

sekilas info

Yuk Jalan - Jalan Ke The Wizarding World of Harry Potter

Bertempat di Universal Studio Orlando, tanggal 18 Juni lalu Wahana Wisata Harry Potter yang diberi nama "The Wizarding World of Harry Potter" ini dibuka untuk menyapa dan mengobati kerinduan para penggemar film seri dan komik kisah penyihir cilik ini. Seperti apakah wahana Harry Potter ini, berikut suasana terakhir yang berhasil diabadikan.



































Sumber :
www.tongberisi.net

sekilas info

Gawat!! Bongkahan Gunung Es Antartika Mulai Mendekati Australia

Mungkin memang benar adanya bahwa pemanasan global itu nyata, dan dampak kerusakannya sudah ada didepan mata kita. Belum lama ini sebuah foto satelit menangkap sebuah bongkahan dari pecahan gunung es di Antartika (Kutub Selatan) telah hanyut hingga menuju perairan Australia sekitar Macquarie Island di ikuti 100 potongan es kecil menuju arah Selandia Baru.

Terhilah dari foto satelit bongkahan gunung es yang sangat besar terlepas dari Antartika dan menuju utara ke arah Australia Terlihat dari foto satelit bongkahan gunung es yang sangat besar terlepas dari Antartika dan menuju utara ke arah Australia

Yang paling membuat kita merasa miris mendengarnya adalah besarnya bongkahan gunung es yang larut terbawa arus tersebut besarnya setara dengan 2 kali luas Hongkong. Ini benar-benar mengkuatirkan banyak pemerhati lingkungan.

Seorang Ahli Gunung Es Glaciologist Neal Young dikutip AFP mengatakan hal ini pernah terjadi dahulu kala, namun saat ini siklus ini terjadi kembali. Hongkong Memiliki Luas 49 km persegi, sedangkan bongkahan gunung es tersebut memiliki panjang hingga 19, 2 (hampir 20 km) dengan lebar 5 km, jadi dengan kata lain besarnya hampir sama dengan 2 kali luas wilayah Hongkong bukan?

Bongkahan gunung es terbawa arus di ikuti dengan ratusan potongan-potongan es lainnya Bongkahan gunung es terbawa arus di ikuti dengan ratusan potongan-potongan es lainnya

Bongkahan es raksasa yang jumlahnya ratusan bergerak dari Antartika menuju pulau-pulau di Selandia Baru. Bongkahan es yang besarnya seperti stadion itu dikhawatirkan Pemerintah Selandia Baru mengancam pelayaran. Hasil pemotretan satelit menunjukkan, bongkahan besar es baru saja melewati kawasan pulau Auckland dan menuju pulau utama South Island, sekitar 450 kilometer arah timur laut.

”Peringatan berlaku bagi semua kapal di kawasan itu agar waspada terhadap keberadaan bongkahan es,” kata juru bicara kelautan Selandia Baru, Ross Henderson, seperti dilaporkan AFP. Keberadaan bongkahan es dalam kelompok besar itu disampaikan ahli gletser dari Divisi Antartika Australia.

Mereka terus memantau pergerakan bongkahan-bongkahan es tersebut. Menurut mereka, bongkahan es itu merupakan bagian dari bongkahan raksasa yang Oktober lalu terlihat di sekitar Pulau Macquarie, Australia.

Saat itu, dua bongkahan besar yang pertama selebar dua kilometer dan kedua sebesar stadion olimpiade ”sarang burung” Beijing terpantau di sana. Sementara itu, yang terpantau menuju Selandia Baru hari Senin lalu sudah terpecah-pecah dalam berbagai ukuran.


Beberapa di antaranya memiliki lebar 200 meter. ”Semua berasal dari satu bongkahan besar, yang mungkin luasnya 30-an kilometer persegi di Antartika sana,” kata salah satu ahli gletser, Neal Young. Meningkatnya suhu global dan muka laut karena pemanasan global dituding sebagai penyebabnya.



Setelah tiga tahun Menurut Neal Young, bongkahan es dalam jumlah besar terakhir terlihat mengapung di dekat Selandia Baru pada tahun 2006 lalu. Saat itu, hanya berjarak 25 kilometer dari garis pantai, kejadian pertama setelah tahun 1931.

”Yang terlihat saat ini memiliki jalur pergerakan yang sama menuju Selandia Baru. Apakah menuju South Island, sulit mengatakannya,” kata dia. Namun, ia yakin akan semakin sering melihat kejadian serupa bila suhu global terus meningkat.

Sejumlah ahli tidak yakin akan hal ini. Berkurangnya luasan es Antartika di Kutub Selatan telah teridentifikasi beberapa tahun terakhir. Namun, berkurangnya lapisan es di kawasan Antartika timur dalam jumlah besar, selama tiga tahun terakhir, dinilai para ahli sebagai ”kejutan”. Tidak seperti lapisan es di Antartika barat, yang selama ini dikenal rentan dan tidak stabil, lapisan es di Antartika timur dikenal sangat stabil.

Namun, sejumlah ahli belum meyakini fenomena itu terkait erat dengan perubahan iklim. Prediksi kerugian Di tengah pro-kontra lelehan es di kutub sebagai dampak pemanasan global, sebuah studi diluncurkan WWF di Swiss, Senin lalu. Banjir besar diperkirakan akan melanda kota-kota pelabuhan utama di dunia dan menimbulkan kerugian hingga 28 triliun dollar AS pada tahun 2050.

Posisi geografis Indonesia tergolong rentan dengan dampak langsung kerusakan Kutub Selatan AntartikaPosisi geografis Indonesia tergolong rentan dengan dampak langsung kerusakan Kutub Selatan Antartika

Apakah ini pertanda bumi kita sudah benar benar memanas sehingga Es di kutub sudah banyak yang mencair, lalu apa nyata dari para pemimpin dunia untuk mengatasi ini? Apakah cukup hanya dengan mengadakan pertemuan seperti yang dilakukan di Kopenhagen beberapa hari lalu?

Jawabnya adalah langkah kongkret dan nyata penyelamatan lingkungan seperti pengurangan emisi gas buang dan kebijakan yang mendukung secara nyata penyelamatan bumi kita ini.

Yang agak sedikit membuat kita kuatir juga karena letak Indonesia terutama Pulau Jawa dan Sumatera langsung berseberangan dengan Antartika walau jaraknya sangat jauh karena letaknya dipisahkan Samudera Hindia, namun pastinya ada dampak nyata bila memang terjadi kerusakan kronis di kutub dimana cadangan air (yang beku) sangat besar sekali jumlahnya di benua es tersebut.

Selamatkan bumi kita!! Hijaukan lingkungan sekitar kita . . .

Sumber :
ruanghati.com

sekilas info

Semut Dapat Mencium Kematian


Ketika seekor semut mati, teman satu sarangnya dengan segera mengevakuasi dan menyingkirkannya. Dengan begitu, risiko koloni tersebut terinfeksi suatu wabah penyakit dapat diminimalisir.


http://ibnismail.files.wordpress.com/2009/03/semut1.jpg


Tetapi bagaimana mereka mengetahui rekannya sudah mati? Ada teori yang menyebutkan bahwa semut mati melepas zat kimia yang dihasilkan oleh pembusukan, semisal asam lemak. Bau zat kimia itu menjadi pertanda kematian mereka bagi koloni semut yang masih hidup.



Kini ahli serangga yang meneliti semut Argentine, serangga galak yang sangat teritorial, menyodorkan bukti adanya mekanisme lain di balik necrophoresis, pembuangan anggota koloni yang mati.

Semua semut, baik hidup maupun mati, memiliki "zat kimia kematian", namun semut hidup mempunyai zat kimia lain yang diasosiasikan dengan kehidupan, yaitu "zat kimia kehidupan." Ketika seekor semut mati, zat kimia kehidupannya memudar atau terurai, dan hanya zat kimia kematian yang tersisa.

"Itu karena semut mati tidak lagi tercium seperti semut hidup sehingga langsung diangkut ke kuburan, bukan karena tubuhnya mengeluarkan zat kimia unik baru yang terbentuk setelah dia mati," kata Dong-Hwan Choe, peneliti utama riset di University of California, Riverside, Amerika Serikat.

Temuan Dong-Hwan Choe dipublikasikan dalam jurnal online Proceedings of the National Academy of Sciences. "Memahami mekanisme yang tepat tentang necrophoresis semut dapat membantu para peneliti mengembangkan strategi manajemen hama yang ramah lingkungan sehingga mencapai hasil maksimal dengan jumlah insektisida lebih sedikit," kata Choe.

Studi terhadap semut Argentine yang dilakukan Choe dan timnya mengindikasikan bahwa sesama penghuni sarang mendistribusikan insektisida yang bekerja lambat dan non-repellent yang efisien di antara mereka lewat necrophoresis.

�Ketika seekor semut yang terpapar insektisida itu mati di dalam sarang, semut lainnya akan menggotong jasadnya berkeliling, dan insektisida pun dengan mudah tersebar dari mayat semut kepada semut sehat,� ujarnya.


Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/sains/2009/05/07/brk,20090507-174961,id.html